Sabtu, 26 Mei 2012

MTA BUKAN GOLONGAN TERSENDIRI DALAM UMAT ISLAM


MTA bukan partai politik dan tidak akan menjadi partai politik, bukan suatu golongan dan tidak akan menjadi suatu golongan tersendiri dari ummat Islam. Seluruh ummat Islam digolongan dan partai manapun adalah saudara kami, dan kami berharap saudara-saudara kami yang aktif digolongan dan partai manapun hendaklah selalu menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai way of life, dan selalu menyuarakan Islam kepada manusia, menjalin ukhuwah Islamiyah dan rasa musawah sesama muslim, tanpa merasa lebih antara satu dengan yang lain. (Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina)

Refreshing : Surat Semut dan Surat Gajah

Suatu hari, ada seorang pemuda ikut sholat jamaah di sebuah mushola. Sang imam saat itu membaca surat An Naml dalam sholatnya. Karena panjangnya bacaan, si pemuda sampai pusing dibuatnya. Dalam hatinya nggerundel, lama amat sholatnya. 
Selesai sholat si pemuda bertanya pada Imam. "Tadi yg di baca surat apa pak Imam? kok panjang banget?".
Jawab Imam: "surat Naml, yg artinya Semut"
Si Pemuda :"ooo gitu"
Besoknya si pemuda sholat jamaah lagi bersama Sang Imam yg kemaren. Tetapi, sebelum sholat dimulai, si pemuda bertanya pada Imam.
"Pak Imam, nanti mau baca surat apa?"
Jawab Imam: "Surat Al fiil"
Si pemuda bertanya lagi "artinya apa pak Imam?"
"GAJAH" jawab Sang Imam
Seketika itu juga sang pemuda kabur pergi dari mushola gak jadi ikut jamaah sambil ngedumel "kemaren saja surat Semut panjangnya kayak gitu, gimana surat GAJAH???"

(makanyaaaaa pada rajin ngaji ya.... biar gak o'on kayak si pemuda ini ... he he he... just refreshing)

Jumat, 25 Mei 2012

SEJARAH BERDIRINYA MTA

Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tangal 19 September 1972 dengan tujuan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an. Sesuai dengan nama dan tujuannya, pengkajian Al-Qur’an dengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an menjadi kegiatan utama MTA.

Pendirian MTA dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam pada akhir dekade 60 dan awal dekade70. Sampai pada waktu itu, ummat Islam yang telah berjuang sejak zaman Belanda untuk melakukan emansipasi, baik secara politik, ekonomi, maupun kultural, justru semakin terpinggirkan. Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorang mubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatan untuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya, melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia yang semacam itu tidak lain karena umat Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an. Oleh karena itu, sesuai dengan sabda Nabi s.a.w. bahwa umat Islam tidak akan dapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islam baik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an, Ustadz Abdullah Thufail Saputra yakin bahwa umat Islam Indonesia hanya akan dapat melakukan emansipasi apabila umat Islam mau kembali ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka Ustadz Abdullah Thufail Saputra pun mendirikan MTA sebagai rintisan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an.
MTA tidak dikehendaki menjadi lembaga yang illegal, tidak dikehendaki menjadi ormas/orpol tersendiri di tengah-tengah ormas-ormas dan orpol-orpol Islam lain yang telah ada, dan tidak dikehendaki pula menjadi onderbouw ormas-ormas atau orpol-orpol lain. Untuk memenuhi keinginan ini, bentuk badan hukum yang dipilih adalah yayasan. Pada tanggal 23 Januari tahun 1974, MTA resmi menjadi yayasan dengan akta notaris R. Soegondo Notodiroerjo.
Kini MTA telah berkembang ke kota-kota dan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Pada awalnya, setelah mendirikan MTA di Surakarta, Ustadz Abdullah Thufail Saputra membuka cabang di beberapa kecamatan di sekitar Surakarta, yaitu di kecamatan Nogosari (di Ketitang), Kabupaten Boyolali, di Kecamatan Polan Harjo, Kabupaten Klaten, di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, dan di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Selanjutnya, perkembangan pada umumnya terjadi karena siswa-siswa MTA yang mengaji baik di MTA Pusat mau pun di cabang-cabang tersebut di daerahnya masing-masing, atau di tempatnya merantau di kota-kota besar, membentuk kelompok-kelompok pengajian. Setelah menjadi besar, kelompok-kelompok pengajian itu mengajukan permohonan ke MTA Pusat agar dikirim guru pengajar (yang tidak lain dari siswa-siswa senior) sehingga kelompok-kelompok pengajian itu pun menjadi cabang-cabang MTA yang baru. Dengan cara itu, dari tahun ke tahun tumbuh cabang-cabang baru sehingga ketika di sebuah kabupaten sudah tumbuh lebih dari satu cabang dan diperlukan koordinasi dibentuklah perwakilan yang mengkoordinir cabang-cabang tersebut dan bertanggungjawab membina kelompok-kelompok baru sehingga menjadi cabang. Kini, apabila kelompok pengajian ini merupakan kelompok pengajian yang pertama-tama tumbuh di sebuah kabupaten kelompok pengajian ini langsung diresmikan sebagai perwakilan. Demikianlah, cabang-cabang dan perwakilan-perwakilan baru tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sehingga MTA memperoleh strukturnya seperti sekarang ini, yaitu MTA pusat, berkedudukan di Surakarta; MTA perwakilan, di daerah tingkat dua; dan MTA cabang di tingkat kecamatan (kecuali di DIY, perwakilan berada di tingkat propinsi dan cabang berada di tingkat kabupaten).
Pengajian yang diselenggarakan MTA
a. Pengajian Khusus
Sesuai dengan tujuan pendirian MTA, yaitu untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an, kegiatan utama di MTA berupa pengkajian Al-Qur’an. Pengkajian Al-Qur’an ini dilakukan dalam berbagai pengajian yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengjian khusus dan pengajian umum. Pengajian khusus adalah pengajian yang siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dan setiap masuk diabsen. Pengajian khusus ini diselenggarakan seminggu sekali, baik di pusat maupun di perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang, dengan guru pengajar yang dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat. Di perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang yang tidak memungkinkan dijangkau satu minggu sekali, kecuali dengan waktu yang lama dan tenaga serta beaya yang besar, pengajian yang diisi oleh pengajar dari pusat diselenggarakan lebih dari satu minggu sekali, bahkan ada yang diselenggarakan satu semester sekali. Perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang yang jauh dari Surakarta ini menyelenggarakan pengajian seminggu-sekali sendiri-sendiri. Konsultasi ke pusat dilakukan setiap saat melalui telpun.
Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang laim, baik karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi. Kitab tafsir yang sekarang sedang dikaji antara lain adalah kitab tafsir oleh Ibn Katsir yang sudah ada terjemahannya dan kitab tafsir oleh Ibn Abas. Kajjian terhadap kitab tafsir oleh Ibn Abas dilakukan khusus oleh siswa-siswa MTA yang kemampuan bahasa Arabnya telah memadai.
Proses belajar mengajar dalam pengajian khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Guru pengajar menyajikan meteri yang dibawakannya kemudian diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Dengan tanya jawab ini pokok bahasan dapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Dari sinilah, kajian tafsir Al-Qur’an dapat berkembang ke kajian aqidah, kajian syareat, kajian akhlak, kajian tarikh, dan kajian masalah-masalah aktual sehari-hari. Dengan demikian, meskipun materi pokok dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an, tidak berarti cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak disinggung. Bahkan, sering kali kajian tafsir hanya disajikan sekali dalam satu bulan dan apabila dipandang perlu kajian tafsir untuk sementara dapat diganti dengan kajian-kajian masalah-masalah lain yang mendesak untuk segera diketahui oleh siswa. Disamping itu, pengkajian tafsir Al-Qur’an yang dilakukan di MTA secara otomatis mencakup pengkajian Hadits karena ketika pembahasan berkembangan ke masalah-masalah lain mau tidak mau harus merujuk Hadits.
Dari itu semua dapat dilihat bahwa yang dilakukan di MTA bukanlah menafsirkan Al-Qur’an, melainkan mengkaji kitab-kitab tafsir yang ada dalam rangka pemahaman Al-Qur’an agar dapat dihayati dan selanjutnya diamalkan.
b. Pengajian Umum
Pengajian umum adalah pengajian yang dibuka untuk umum, siswanya tidak terdaftar dan tidak diabsen. Materi pengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat yang diselenggarakan satu minggu sekali pada hari Ahad pagi.

Sumber: http://mtatakeran.blogspot.com/2012/01/yayasan-majlis-tafsir-al-quran-mta.html

Rabu, 23 Mei 2012

Peresmian dan Pengukuhan 4 Cabang Yayasan MTA di Perwakilan Kabupaten Semarang

Tamu Undangan

Dr Zaenal Arifin Adnan dari MUI Surakarta

Prof Amin Summa dari MUI Pusat



Ungaran, Kamis 17 Mei 2012, Yayasan Majlis Tafsir Al Quran (MTA) Perwakilan Kabupaten  Semarang menyelenggarakan kegiatan Pengajian Umum sekaligus peresmian dan pengukuhan 4 cabang baru  MTA di wilayah Kabupaten  Semarang, yaitu Cabang Babadan, Cabang Suruh, Cabang Ambarawa dan Cabang Bandungan. Acara yang dihadiri tidak kurang dari 50.000 pengunjung ini dilaksanakan di lapangan Taru Budaya Ungaran. Berkenan hadir dalam acara tersebut Sekum MUI Jateng dan Ketua MUI Surakarta. Acara tausyiah inti disampaikan oleh Prof Amin Summa dari MUI Pusat. Bersamaan dengan kegiatan pengajian umum ini juga diselenggarakan Bhakti Sosial Donor Darah, yg hari itu terambil 116 kantong bekerjasama dengan PMI Kota salatiga.





LOGO MTA


Rabu, 09 Mei 2012

MTA DATANG TIDAK BERBUAT KEKACAUAN DAN PERMUSUHAN, MELAINKAN MENEBARKAN KASIH SAYANG DALAM KEKELUARGAAN


Oleh : Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Majlis Tafsir Al-Qur’an disingkat MTA didirikan pada tgl. 19 September 1972 oleh Al-Ustadz KH. ‘Abdullah Thufail Saputro, berpusat di Surakarta, tepatnya di Jl. Serayu no. 12, Semanggi RT 06, RW 15, Pasarkliwon, Surakarta.
Sampai hari ini tgl. 29 September 2002 MTA genap berusia 30 tahun lebih 10 hari.
MTA didirikan dengan tujuan utamanya mengajak ummat Islam kembali kepada sumber ajaran Islam yang sebenarnya, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Rasulullah SAW bersabda :
Aku telah meninggalkan padamu semua dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits). [HR. Ibnul ‘Abdil Barr]
MTA adalah lembaga dakwah, menyeru manusia kepada yang paling baik, yakni firman Allah.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslimin)”. [QS. Fushshilat : 33]
Oleh karena itu MTA bukan partai politik dan tidak akan menjadi partai politik, bukan suatu golongan dan tidak akan menjadi suatu golongan tersendiri dari ummat Islam. Seluruh ummat Islam digolongan dan partai manapun adalah saudara kami, dan kami berharap saudara-saudara kami yang aktif digolongan dan partai manapun hendaklah selalu menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai way of life, dan selalu menyuarakan Islam kepada manusia, menjalin ukhuwah Islamiyah dan rasa musawah sesama muslim, tanpa merasa lebih antara satu dengan yang lain. Kepada saudara-saudara kami yang non muslim, kita bisa berdampingan, saling hormat-menghormati, tidak saling mencela dengan berbuat baik serta berlaku adil, selama mereka tidak memusuhi kita karena agama, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 :
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [QS. Al-Mumtahanah : 8]
Pada hakikatnya Allah menciptakan kita manusia agar beribadah (menghambakan diri) kepada-Nya dan nanti kita semua akan kembali kepada Allah dengan mempertanggungjawabkan amal kita masing-masing tanpa bisa bantu-membantu satu sama lain. Maka rasanya tidak perlu kita mengurusi agama dan kepercayaan orang lain, kewajiban kita hanyalah mengajak kepada Islam tanpa ada paksaan dengan bentuk apapun. Kalau mereka mau menerima, keselamatan buat mereka sendiri, kalau tidak mau menerima, kita saling menghormati
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. [QS. Al-Kaafirun : 6]
Kita sebagai bangsa yang satu, hal-hal yang sekiranya bisa kita kerjakan bersama (tidak melanggar aturan agama) marilah kita bekerja sama. Adapun hal-hal yang tidak bisa kita kerjakan bersama, marilah kita sama-sama bekerja tanpa mengganggu orang lain bekerja, nanti Allah sajalah yang akan memberi balasan pekerjaan kita secara sempurna.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT dengan membawa Al-Qur’an untuk memperbaiki akhlaq manusia, di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang sangat kental dengan kemusyrikan dan kemakshiyatan. Sedangkan ajaran Al-Qur’an sangat berlawanan dengan adat kebiasaan masyarakat tersebut. Oleh karena itu Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing”. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. Dan di lain riwayat beliau ditanya (tentang orang-orang yang asing), beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidup-hidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]
Dalam riwayat lain bagi imam Ibnu Wahab, beliau SAW bersabda :
Kebahagiaan bagi orang-orang yang asing, yaitu mereka yang berpegang teguh dengan kitab Allah ketika ditinggalkan orang banyak dan mengerjakan dengan sunnah ketika sunnah itu dipadamkan orang banyak.
Dari sabda Nabi tersebut kita dapat memahami betapa beratnya tugas Rasulullah SAW dan tugas para da’i masa mendatang memperbaiki akhlaq manusia jahiliyah, jahil terhadap kebenaran, berhati kasar, hidup hanya memperturutkan hawa nafsunya. Sedangkan yang dibawa Nabi bertentangan 180 o dengan keinginan hawa nafsunya, bahkan dianggap suatu yang asing (tidak umum) atau menyalahi kebiasaan.
Oleh karena itu berbagai tuduhan jelek dan cemoohan dilontarkan kepada Nabi antara lain, dikatakan orang gila, kurang akal, memecah belah persatuan, merusak agama nenek moyang, dsb. Tidak saja cemoohan dengan ucapan, penganiayaan phisik pun dilakukan, bahkan ada rencana pembunuhan kepada diri Rasulullah SAW.
Namun demikian itu semua tidak menjadikan Nabi berputus asa, takut dan berhenti dakwah, melainkan diterima dengan ikhlash dan penuh kesabaran, tidak membalas kejelekan yang mereka lakukan bahkan Nabi mendoakan untuk mereka dengan rasa kasih sayang, agar Allah memberi hidayah kepada mereka :
Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengerti.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Islam akan kembali asing lagi seperti pada mulanya datang. Berarti bahwa orang yang menyeru kepada Islam dan mengamalkan dengan benar akan mendapat tantangan yang berat pula sebagaimana yang dialami Nabi ketika mula-mula menyeru manusia kepada Islam. Bahkan Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabdanya :
Akan datang suatu masa atas manusia bahwa orang yang shabar (tahan) atas agamanya, bagaikan orang yang menggenggam bara api. [HR. Tirmidzi]
Namun yang menggembirakan sabda beliau : thuubaa lil ghurobaa' (kebahagiaan bagi orang-orang yang asing).
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Rasulullah SAW berdakwah menyebarkan Islam kepada ummat manusia tanpa pamrih dan tidak mengharapkan imbalan apapun dari manusia kecuali menebarkan kasih sayang diantara manusia, serta mengharapkan ridla Allah semata dan hakikatnya demikianlah semua Rasul Allah.
Firman Allah SWT :
Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak minta upah apapun kepadamu atas seruan (dakwah)ku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. [QS. Asy-Syura : 23]
Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. [QS. Asy-Syu’araa’ : 145]
Orang-orang kafir tidak memahami apa yang dikehendaki oleh Rasul Allah dengan aktifitas dakwahnya, maka mereka menawarkan kepada beliau apapun yang dikehendaki akan dipenuhi, bahkan beliau akan diangkat menjadi raja (penguasa) asalkan beliau mau berhenti dari aktifitas dakwahnya.
Tawaran itu dengan tegas ditolak oleh Rasulullah, jangankan hanya itu, andaikata mereka dapat memberikan matahari dan bulan di kedua tangan beliau, beliau tidak akan berhenti berdakwah hingga kebenaran Islam menjadi jelas bagi manusia, atau beliau mati bersamanya, karena memang bukan itu tujuan dakwah.
Lain dengan kebanyakan manusia sekarang, aktifitas dakwah dilakukan untuk memperoleh sesuatu, kalau mungkin ingin dapat menjadi raja walaupun harus dengan jalan suap. Maka kalau keinginannya sudah tercapai, selesailah aktifitas dakwahnya. Padahal setiap muslim adalah da’i, dan seharusnya hal itu dilakukan dengan mencontoh Rasulullah SAW, yakni hanya mengharap ridla Allah SWT dan dilakukan dengan rasa kasih sayang, sehingga dakwah akan berjalan terus-menerus secara berkesinambungan, tidak berhenti di tengah jalan.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, perjalanan MTA selama 30 tahun, tidak melalui jalan yang mulus dan rata, melainkan melalui jalan yang sangat terjal dan penuh dengan semak-semak dan duri.
Hampir di semua daerah dimana MTA baru tumbuh pasti mendapat rintangan yang berat, sampai sekarang.
Dengan bermacam-macam tuduhan fitnah dilontarkan antara lain : tidak bermasyarakat, membikin resah, menganggap orang lain najis sehingga MTA tidak mau berjabat tangan dan tidak mau bermakmum dengan selain warganya, bahkan dianggap membawa agama baru, ingkarus-sunnah, dsb.
Karena termakan fitnah tersebut sehingga masyarakat berlaku kejam terhadap warga MTA, dengan melakukan pengrusakan tempat pengajian, menyegel gedung tempat pengajian yang dibangun di tempat sendiri dan dengan swadaya warga MTA sendiri, lalu dilarang untuk ditempati. Belum lagi merasa puas dengan itu semua, maka penganiayaan phisik terhadap warga MTA dan pemboikotan terhadap warga MTA yang punya kerja di beberapa daerah terjadi juga. Anehnya biang keladi pelaku tersebut justru orang-orang Islam yang diangap mengerti agama dan berpengaruh di masyarakatnya.
Diantara mereka guru agama, modin dan orang yang dianggap tokoh oleh masyarakat. Biasanya mereka menghasut orang-orang awam, dibangkitkan rasa kebenciannya kepada MTA dengan dalih tidak bermasyarakat, maka mereka menentang keberadaan MTA di daerah tersebut, akhirnya terjadi keributan, lalu dilaporkan pada KUA dan Muspika sampai ke Depag Kabupaten hingga ke Muspida. Tanpa bertabayun dengan benar para pejabat tersebut termakan juga oleh berita bohong, akhirnya berkesimpulan bahwa MTA membikin resah dan pengajian MTA di daerah tersebut harus ditutup, tidak boleh dilanjutkan.
Yang menjadi permasalahan di berbagai daerah adalah sama, yakni karena kami warga MTA tidak ikut kenduri, sesaji-sesaji di tempat-tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat, tidak ikut acara selamatan kematian pada hari ke 7, 40, 100, 1000 dsb. dari kematiannya.
Hal itu kami tidak mengikuti karena kami meyaqini bahwa itu semua laisa minal islam (bukan ajaran Islam), bahkan membawa kepada kemusyrikan. Walaupun kami tidak melakukan yang demikian, namun kami warga MTA tidak pernah mengganggu, menghalangi saudara-saudara kami yang masih suka melakukan upacara-upacara tersebut, karena kami punya prinsip firman Allah :
Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. [QS. Asy-Syuuraa : 15]
Masing-masing kita akan memperoleh balasan dari Allah sesuai dengan amal kita masing-masing.
Hanya karena itu kami dituduh tidak bermasyarakat padahal kegiatan sosial kemasyarakatan seperti : donor darah secara rutin, kerja bhakti bersama masyarakat, siskamling, kami tidak pernah ketinggalan.
Untuk itu semua kami (pengurus) berusaha melakukan pendekatan melalui berbagai jalur, termasuk jalur pemerintahan dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di negeri ini, namun terpaksa kandas juga.
Bahkan ada seorang pejabat di suatu daerah dengan sombongnya mengatakan, “Mungkin MTA bisa tumbuh di daerah lain, tetapi MTA tidak boleh tumbuh di daerah kami ini. Na'udzubillahi min dzalik. Wal hasil menghadapi kenyataan yang ada ini kami serahkan sepenuhnya kepada Allah, dan kami harus bershabar tidak berputus asa sebagaimana Rasulullah SAW bershabar dalam berdakwah, dan tantangan yang beliau hadapi jauh lebih berat daripada yang kami hadapi. Allah SWT berfirman :
Jika kamu bershabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. [QS. Ali ‘Imran : 186]
Dan kami yaqin sepenuhnya bahwa usaha apapun untuk membendung/ memadamkan cahaya Islam tidak akan berhasil dan Allah pasti menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.
Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun orang-orang kafir membencinya. [QS. Shaff : 8]
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, pasti Allah menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu. [QS. Muhammad : 7]
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan itu semua kami dapat mengambil pelajaran bahwa :
1. Ummat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini, kebanyakan belum memahami dan belum meyaqini kitab sucinya (Al-Qur’an), mereka lebih suka mengikuti adat kebiasaan sekalipun hal itu bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana diungkapkan firman Allah :
Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mendapat petunjuk ?. [QS. Al-Maaidah : 104]
2. Kebanyakan bangsa kita masih suka memaksakan kehendaknya kepada orang lain, setiap orang yang tidak sefaham, tidak sealiran, tidak separtai dengan dirinya dianggap lawan yang harus dimusuhi dan dijatuhkan .
3. Dengan keadaan yang demikian, lebih mendorong kepada kami untuk meningkatkan keshabaran menghadapi rintangan dan lebih meningkatkan aktifitas dakwah kami, dilandasi dengan rasa kasih sayang mengajak manusia untuk mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah agar tercapai kebahagiaan hidup yang haqiqi dan terwujudlah ketenteraman, kedamaian, saling menghormati satu dengan yang lain dan tercapailah apa yang kita idamkan bersama, baldatun thoyibatun wa robbun ghofur.
Alhamdulillah dengan pertolongan Allah SWT lewat pejabat Komandan Korem 074 Warastratama + tahun 1979 yang pada waktu itu Bp. Letkol Sukandar, kami pengurus MTA dipertemukan dengan Dandim dan Kakandepag se eks Karesidenan Surakarta di Makorem 074 untuk berdialog agar memberi kepahaman kepada mereka tentang MTA.
Bertitik awal dari itulah selanjutnya gangguan dan rintangan terhadap aktifitas dakwah MTA di berbagai daerah berangsur-angsur mulai berkurang, walaupun sampai hari ini setiap MTA yang baru muncul di suatu daerah masih mendapat hambatan yang sama.
Kami berdoa semoga Allah membuka hati mereka yang belum memahami, sehingga mau memahami, syukur mau mengikuti, paling tidak semoga tidak mengganggu dan merintangi.
Pada usia yang ke-30 tahun ini, MTA yang berpusat di Surakarta sudah memiliki 107 Cabang dan perwakilan dengan ribuan satgas yang tersebar di bumi Indonesia ini, dari pelosok-pelosok desa sampai di kota-kota besar, di beberapa propinsi, yang paling barat adalah Medan Sumatera Utara, tepatnya di Jl. Perhubungan no. 17, Laut Dendang, Deli Serdang, dan yang paling timur adalah di propinsi NTB, tepatnya di Jl. Batanghari, Tanjungkarang, Ampenan, Mataram.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, SATGAS MTA, bukan saja untuk kepentingan MTA dan bukan untuk kepentingan partai maupun golongan tertentu, melainkan untuk kepentingan Islam dan ummat Islam khususnya, serta masyarakat luas pada umumnya.
Aktifitas SATGAS MTA bergerak di bidang dakwah dengan bentuk sosial kemasyarakatan di berbagai macam, antara lain :
* Mengirim dan membagikan sembako serta mengadakan pengobatan masal di beberapa daerah akibat bencana alam, maupun akibat konflik sesama bangsa, serta sebab-sebab lain, misalnya akibat banjir di Karawang (Jabar) dan Pati (Jawa Tengah), dan akibat konflik di Ambon, Ternate, Tual dan sekitarnya, dan juga di tempat-tempat lain yang dipandang perlu.
* Mengirim air bersih ke Gunung Kidul, yang kekeringan akibat kemarau panjang, dsb.
* Kerja bhakti bersama TNI dan masyarakat baik AMD maupun TMD, dan membantu kepolisian dalam rangka Gerakan Disiplin Nasional (GDN), donor darah, dan hal-hal lain yang bermanfaat bagi manusia, sebagaimana sabda Rasulullah :
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. [HR. Al-Qudlaa’iy dalam AL-Jaami’ish Shaghiir]
SATGAS MTA bersimbul Al-Qur’an yang melekat di baret kepalanya dengan maksud menjunjung tinggi Kitab Suci Al-Qur’an serta berpikir yang sesuai dengan Kitab Suci tersebut. Juga gambar Al-Qur’an di pundaknya dengan maksud siap memikul tanggungjawab menyebarkan ajaran Al-Qur’an kepada masyarakat serta siap menanggung resiko karena tugas tersebut.
Oleh karena itu pada usia ke-30 MTA ini, kami mohon kepada Bp. Prof. DR. H.M. Din Syamsuddin, MA dari MUI Pusat berkenan mengukuhkan keberadaan SATGAS MTA yang tersebar di berbagai daerah bumi Indonesia ini, agar supaya SATGAS MTA mempunyai pendirian yang kokoh dan lurus sebagaimana simbul yang melekat pada dirinya, yakni Al-Qur’an membawa kepada jalan yang lurus. Disamping itu pada peristiwa yang bersejarah ini mudah-mudahan anggota SATGAS tidak lupa bahwa dirinya bertugas bukan untuk kepentingan golongan tertentu, melainkan untuk Islam dan ummat Islam, serta kepentingan masyarakat secara luas dengan mengharap ridla Allah semata.
Sekian sekilas tentang MTA dan SATGAS nya, semoga Allah SWT meridlai usaha ini dan masyarakat menjadi faham bahwa keberadaan kami tidak ingin membikin kacau dan resah masyarakat, tetapi keberadaan kami ingin mengajak ummat Islam khususnya dan semua manusia pada umumnya keluar dari gelap menuju terang-benderang, dari jalan sesat ke jalan keselamatan, dan dari sifat dengki, dendam, permusuhan kepada saling kasih sayang dilandasi dengan iman dan rasa kekeluargaan.
Aku tidak minta upah apapun kepadamu atas dakwahku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. [QS. Asy-Syuuraa : 23]
Demikian yang kami sampaikan, semoga bermanfaat untuk kita semua.
~oO[ A ]Oo~

Disampaikan PADA PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA PENGUKUHAN SATGAS MTA
OLEH BP. PROF DR. H.M. DIN SYAMSUDDIN, MA MUI PUSAT
DI PAGELARAN KARATON KASUNANAN SURAKARTA
Ahad, 29 September 2002

Sumber :http://mtatakeran.blogspot.com/2012/01/mta-datang-tidak-berbuat-kekacauan-dan.html?spref=bl

SELAYANG PANDANG MAJLIS TAFSIR AL QURAN (MTA)

A. Pendirian dan Tujuan
logomtakecilYayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tangal 19 September 1972 dengan tujuan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an. Sesuai dengan nama dan tujuannya, pengkajian Al-Qur’an dengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an menjadi kegiatan utama MTA.
B. Latar Belakang
Pendirian MTA dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam pada akhir dekade 60 dan awal dekade70. Sampai pada waktu itu, ummat Islam yang telah berjuang sejak zaman Belanda untuk melakukan emansipasi, baik secara politik, ekonomi, maupun kultural, justru semakin terpinggirkan. Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorang mubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatan untuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya, melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia yang semacam itu tidak lain karena umat Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an. Oleh karena itu, sesuai dengan sabda Nabi s.a.w. bahwa umat Islam tidak akan dapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islam baik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an, Ustadz Abdullah Thufail Saputra yakin bahwa umat Islam Indonesia hanya akan dapat melakukan emansipasi apabila umat Islam mau kembali ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka Ustadz Abdullah Thufail Saputra pun mendirikan MTA sebagai rintisan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an.
C. Bentuk Badan Hukum
MTA tidak dikehendaki menjadi lembaga yang illegal, tidak dikehendaki menjadi ormas/orpol tersendiri di tengah-tengah ormas-ormas dan orpol-orpol Islam lain yang telah ada, dan tidak dikehendaki pula menjadi onderbouw ormas-ormas atau orpol-orpol lain. Untuk memenuhi keinginan ini, bentuk badan hukum yang dipilih adalah yayasan. Pada tanggal 23 Januari tahun 1974, MTA resmi menjadi yayasan dengan akta notaris R. Soegondo Notodiroerjo.
D. Struktur  Lembaga
Kini MTA telah berkembang ke kota-kota dan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Pada awalnya, setelah mendirikan MTA di Surakarta, Ustadz Abdullah Thufail Saputra membuka cabang di beberapa kecamatan di sekitar Surakarta, yaitu di kecamatan Nogosari (di Ketitang), Kabupaten Boyolali, di Kecamatan Polan Harjo, Kabupaten Klaten, di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, dan di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Selanjutnya, perkembangan pada umumnya terjadi karena siswa-siswa MTA yang mengaji baik di MTA Pusat mau pun di cabang-cabang tersebut di daerahnya masing-masing, atau di tempatnya merantau di kota-kota besar, membentuk kelompok-kelompok pengajian. Setelah menjadi besar, kelompok-kelompok pengajian itu mengajukan permohonan ke MTA Pusat agar dikirim guru pengajar (yang tidak lain dari siswa-siswa senior) sehingga kelompok-kelompok pengajian itu pun menjadi cabang-cabang MTA yang baru. Dengan cara itu, dari tahun ke tahun tumbuh cabang-cabang baru sehingga ketika di sebuah kabupaten sudah tumbuh lebih dari satu cabang dan diperlukan koordinasi dibentuklah perwakilan yang mengkoordinir cabang-cabang tersebut dan bertanggungjawab membina kelompok-kelompok baru sehingga menjadi cabang. Kini, apabila kelompok pengajian ini merupakan kelompok pengajian yang pertama-tama tumbuh di sebuah kabupaten kelompok pengajian ini langsung diresmikan sebagai perwakilan. Demikianlah, cabang-cabang dan perwakilan-perwakilan baru tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sehingga MTA memperoleh strukturnya seperti sekarang ini, yaitu MTA pusat, berkedudukan di Surakarta; MTA perwakilan, di daerah tingkat dua; dan MTA cabang di tingkat kecamatan (kecuali di DIY, perwakilan berada di tingkat propinsi dan cabang berada di tingkat kabupaten).
E. Kegiatan
1. Pengajian
a. Pengajian khusus
Sesuai dengan tujuan pendirian MTA, yaitu untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an, kegiatan utama di MTA berupa pengkajian Al-Qur’an. Pengkajian Al-Qur’an ini dilakukan dalam berbagai pengajian yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengjian khusus dan pengajian umum. Pengajian khusus adalah pengajian yang siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dan setiap masuk diabsen. Pengajian khusus ini diselenggarakan seminggu sekali, baik di pusat maupun di perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang, dengan guru pengajar yang dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat. Di perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang yang tidak memungkinkan dijangkau satu minggu sekali, kecuali dengan waktu yang lama dan tenaga serta beaya yang besar, pengajian yang diisi oleh pengajar dari pusat diselenggarakan lebih dari satu minggu sekali, bahkan ada yang diselenggarakan satu semester sekali. Perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang yang jauh dari Surakarta ini menyelenggarakan pengajian seminggu-sekali sendiri-sendiri. Konsultasi ke pusat dilakukan setiap saat melalui telpun.
Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang laim, baik karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi. Kitab tafsir yang sekarang sedang dikaji antara lain adalah kitab tafsir oleh Ibn Katsir yang sudah ada terjemahannya dan kitab tafsir oleh Ibn Abas. Kajjian terhadap kitab tafsir oleh Ibn Abas dilakukan khusus oleh siswa-siswa MTA yang kemampuan bahasa Arabnya telah memadai.
Proses belajar mengajar dalam pengajian khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Guru pengajar menyajikan meteri yang dibawakannya kemudian diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Dengan tanya jawab ini pokok bahasan dapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Dari sinilah, kajian tafsir Al-Qur’an dapat berkembang ke kajian aqidah, kajian syareat, kajian akhlak, kajian tarikh, dan kajian masalah-masalah aktual sehari-hari. Dengan demikian, meskipun materi pokok dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an, tidak berarti cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak disinggung. Bahkan, sering kali kajian tafsir hanya disajikan sekali dalam satu bulan dan apabila dipandang perlu kajian tafsir untuk sementara dapat diganti dengan kajian-kajian masalah-masalah lain yang mendesak untuk segera diketahui oleh siswa. Disamping itu, pengkajian tafsir Al-Qur’an yang dilakukan di MTA secara otomatis mencakup pengkajian Hadits karena ketika pembahasan berkembangan ke masalah-masalah lain mau tidak mau harus merujuk Hadits.
Dari itu semua dapat dilihat bahwa yang dilakukan di MTA bukanlah menafsirkan Al-Qur’an, melainkan mengkaji kitab-kitab tafsir yang ada dalam rangka pemahaman Al-Qur’an agar dapat dihayati dan selanjutnya diamalkan.
b. Pengajian Umum
Pengajian umum adalah pengajian yang dibuka untuk umum, siswanya tidak terdaftar dan tidak diabsen. Materi pengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat yang diselenggarakan satu minggu sekali pada hari Minggu pagi.

Gbr. Gedung Pengajian Ahad Pagi
2. Pendidikan
Pengamalan Al-Qur’an membawa ke pembentukan kehidupan bersama berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Kehidupan bersama ini menuntut adanya berbagai kegiatan yang terlembaga untuk memenuhi kebutuhan anggota. Salah satu kegiatan terlembaga yang dibutuhkan oleh anggota adalah pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itulah, di samping pengajian, MTA juga menyelenggarakan pendidikan, baik formal maupun non-formal.

a. Pendidikan formal
Pendidikan formal yang telah diselenggarakan terdiri atas TK, SLTP. dan SMU. SLTP dan SMU baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat. SLTP diselenggarakan di Gemolong, Kabupaten Sragen, dan SMU diselenggerakan di Surakarta. Tujuan dari penyelenggaraan SLTP dan SMU MTA ini adalah untuk menyiapkan generasi penerus yang cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, di samping memperoleh pengetahuan umum berdasar kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh Depdiknas, siswa-siswa SLTP dan SMU MTA juga memperoleh pelajaraan diniyah.
Di samping diberi pelajaran diniyah, untuk mencapai tujuan tersebut siswa SLTP dan SMU MTA juga perlu diberi bimbingan dalam beribadah dan bermu’amalah. Untuk itu, para siswa SLTP dan SMU MTA yang memerlukan asrama diwajibkan tinggal di asrama yang disediakan oleh sekolah. Dengan tinggal di asarama yang dikelola oleh sekolah dan yayasan, siswa SLTP dan SMU MTA dapat dibimbing dan diawasi agar dapat mengamalkan pejaran diniyah dengan baik.
Alhamdulillah, sampai pada saat ini, baik SLTP maupun SMU MTA berhasil meraih prestasi akademis yang cukup menggembirakan. Oleh karena prestasinya itu, SMU MTA masuk ke dalam daftar lima puluh SMU Islam unggulan se Indonesia. Di samping itu, siswa-siswa yang melakukan kenakalan yang umum dilakukan oleh remaja-remaja dapat dideteksi dan selanjutnya dibimbing semaksimal mungkin untuk menghentikan kenakalan-kenakalannya.
b. Pendidikan non-formal
Pendidikan non-formal juga baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat¸ kecuali kursus bahasa Arab yang telah dapat diselenggarakan oleh sebagian perwakilan dan cabang. Selain kursus bahasa Arab, pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh MTA Pusat antara lain adalah kursus otomotif dengan bekerjasama dengan BLK Kota Surakarta, kursus menjahit bagi siswi-siswi putri, dan bimbingan belajar bagi siswa-siswa SLTP dan SMU. Disamping itu, berbagai kursus insidental sering diselenggarakan oleh MTA Pusat, misalnya kursus kepenulisan dan kewartawanan.
3. Kegiatan Sosial
Kehidupan bersama yang dijalin di MTA tidak hanya bermanfaat untuk warga MTA sendiri, melainkan juga untuk masyarakat pada umumnya. Dengan kebersamaan yang kokoh, berbagai amal sosial dapat dilakukan. Amal sosial tersebut antara lain adalah donor darah, kerja bakti bersama dengan Pemda dan TNI, pemberian santunan berupa sembako, pakaian, dan obat-obatan kepada umat Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang sedang tertimpa mushibah, dan lain sebagainya.
Donor darah, begitu juga kerja bakti bersama Pemda dan TNI, sudah mentradisi di MTA, baik di pusat mau pun di perwakilan dan cabang. Secara rutin tiga bulan sekali MTA, baik pusat maupun perwakilan, menyelenggarakan donor darah. Kini MTA memiliki tidak kurang dari lima ribu pedonor tetap yang setiap saat dapat diambil darahnya bagi yang mendapat kesulitan untuk memperoleh darah dari keluarganya atau dari yang lainnya.
4. Ekonomi
Kehidupan bersama di MTA juga menuntut adanya kerja sama dalam pengembangan ekonomi. Untuk itu, di MTA diselenggarakan usaha bersama berupa simpan-pinjam. Dengan simpan-pinjam ini, siswa atau warga MTA dapat memperoleh modal untuk mengembangkan kehidupan ekonominya. Di samping itu, siswa atau warga MTA biasa tukar-menukar pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang ekonomi. Seorang warga MTA yang belum mendapat pekerjaan atau kehilangan pekerjaan dapat belajar pengetahuan atau ketrampilan tertentu kepada siswa warga MTA yang lain sampai akhirnya dapat bekerja sendiri.
5. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, dilakukan rintisan untuk dapat mendirikan sebuah rumah sakit yang diselenggarakan secara Islami. Kini baru MTA Pusat yang telah dapat menyelenggarakan pelyanan kesehatan berupa Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin. Di samping itu, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada siswa atau warga MTA di bentuk kader-kader kesehatan dari perwakilan dan cabang-cabang yang secara periodik mengadakan pertemuan.
6. Penerbitan, Komunikasi, dan Informasi
Penerbitan, komunikasi, dan informasi merupakan sendi-sendi kehidupan modern, bahkan juga merupakan sendi-sendi globalisasi. Untuk itu, MTA tidak mengabaikan bidang ini, meskipun yang dapat dikerjakan baru ala kadarnya. Dalam bidang penerbitan, sesungguhnya MTA telah memiliki majalah bulanan yang sudah terbit sejak tahun 1974 dan telah memiliki STT sejak tahun 1977. Namun, hingga kini belum tampak adanya perkembangan yang menggermbirkan dari majalah yang diberi nama Respon ini. Di samping Respon, MTA juga telah menerbitkan berbagai buku keagamaan. Dalam bidang informasi, MTA telah mempunyai web. site dengan alamat: http://www.mta-online.com dengan alamat E-mail : humas_mta@yahoo.com
F. Sumber Dana
Banyak yang bertanya-tanya dengan heran, dari mana MTA memperoleh dana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya? Isu yang pernah berkembang di masyarakat adalah bahwa MTA memperoleh dana dari luar negeri, isu lain mengatakan bahwa MTA memperoleh dana dari orpol tertentu. Sesungguhnya, apabila umat Islam betul-betul memahami dan menghayati agamanya, keheranan semacam itu tidak perlu muncul. Bahwa jihad merupakan salah satu sendi keimanan tidak ada yang meragukan, bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa jihad merupakan rukun Islam yang ke enam. Akan tetapi bahwa sesungguhnya jihad terdiri atas dua unsur, yakni jihad bi amwal dan jihad bi anfus, kurang dihayati; biasanya hanya jihad bi anfus saja yang banyak dikerjakan. Apabila jihad bi anwal dihayatai dengan baik dan diamalkan, umat Islam tidak akan kekurangan dana untuk membeayai kegiatan-kegiatannya. MTA membeayai seluruh kegiatannya sendiri karena warga MTA yang ingin berpartisipasi dalam setiap kegiatan harus berani berjihad bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi anwal, karena memang demikianlah yang diconthkan oleh Nabi dan para sahabatnya.
G. Rintangan dan Dorongan
Dalam perjalanannya semenjak berdiri hingga kini, MTA banyak mengalami rintangan. Rintangan paling banyak diperoleh justru dari umat Islam sendiri. Ketika siswa/warga MTA mengamalkan pengetahuannya tentang amal-amal yang telah banyak ditinggalkan oleh umat Islam atau meninggalkan amal-amal yang telah biasa dikerjakan oleh umat Islam tetapi sesungguhnya laisa minal Islam, siswa/warga MTA sering dituduh membawa agama baru. Ketika siswa/warga MTA melaksanakan sholat jamak-qosor saja karena sedang dalam keadaan safar sudah mendapat tuduhan membawa agama baru, padahal kebolehan sholat jamak-qosor bagi musafir sudah merupakan pengetahuan populer di kalangan umat Islam. Akan tetapi, karena kebolehan sholat jamak-qosor tidak pernah dilakansakan, ketika siswa/warga MTA melaksanakannya dituduh membawa agama baru. Rintangan semacam ini memang telah diramalkan oleh Nabi akan dihadapi oleh orang-orang yang mengikuti sunnahnya, “awalnya Islam itu asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya”.
Di samping rintangan yang tidak sedikit, tentu ada juga hal-hal yang menimbulkan dorongan. Yang paling menimbulkan dorongan adalah bahwa ketika Al-Qur’an diamalkan dengan sungguh-sungguh, dengan tiada disertai keraguan sediktpun, ternyata membuahkan hasil yang sering sangat mengherankan dan sama sekali di luar dugaan. Ketika benih yang ditabur jatuh di tanah yang subur, benih tersebut tumbuh menjadi tumbuhan yang subur pula. Melihat benih yang kecil yang lemah dan tak berdaya dapat tumbuh menjadi tumbuhan yang besar, rindang, dan menjulang tinggi, timbullah keheranan dan keharuan dalam hati. Inilah yang menjadikan segala rintangan yang datang tampak tak berarti. Maha Agung Allah dengan segala janji-janji-Nya.

SELAYANG PANDANG KOTA SALATIGA

Salatiga adalah kota kecil di propinsi Jawa Tengah, mempunyai luas wilayah ± 56,78 km², terdiri dari 4 kecamatan, 22 kelurahan, berpenduduk 176.795 jiwa. Terletak pada jalur regional Jawa Tengah yang menghubungkan kota regional Jawa Tengah yang menghubungkan kota Semarang dan Surakarta, mempunyai ketinggan 450-800 meter dai permukaan laut dan berhawa sejuk serta dikelilingi oleh keindahan alam berupa gunung (Merbabu, Telomoyo, Gajah Mungkur).
Kota Salatiga dikenal sebagai kota pendidikan, olah raga, perdagangan, dan transit pariwisata.

KOTA PENDIDIKAN
Salatiga sebagai kota pendidikan, dikarenakan salatiga memiliki 4 perguruan tinggi, yaitu:

  • Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMA (STIE AMA) Salatiga
  • Sekolah Tinggi Bahasa Asing Satya Wacana (STiBA SW)
  • Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
    UKSW dijuluki sebagai "Indonesia mini" dikarenakan mahasiswanya terdiri dari berbagai suku di Indonesia ada disana dan beragam budaya nusantara sering menjadi kegiatan rutin tahunan dilaksanakan oleh UKSW.

    BANGUNAN KUNO
    Sejak Jaman Belanda Kota Salatiga sudah digunakan sebagai daerah peristirahatan, karena memang salatiga berhawa sejuk, sehingga banyak bangunan kuno peninggalan belanda terdapat di Salatiga dan sampai sekarang masih berdiri kokoh. sebagai upaya dalam melestarikan bangunan tersebut, Pemerintah Kota Salatiga meanfaatkan sebagai gedung perkantoran (Kantor Walikota), Rumah Dinas CPM, dan lain-lain.

    MAKANAN KHAS
    Jika berkunjung ke Salatiga, jangan lupa untuk membawa buah tangan berupa makanan khas, yaitu: enting-enting gepuk, abon sapi dan masih banyak lagi. Pada sore hari, di sepanjang Jalan Jendral Sudirman terdapat wedang ronde khas Salatiga yang dapat menghangatkan badan sekaligus dapat menghilangkan masuk angin. Demikian juga bila akan ke Semarang dari arah Salatiga, disepanjang Jalan Fatmawati (Blotongan) banyak terdapat rumah makan yang menyediakan menu khas sate kambing.

    TRANSIT PARIWISATA
    Kota Salatiga dikenal sebagai kota transit pariwisata disamping sebagai kota pendidikan dan olah raga, karena kota Salatiga terletak di tengah-tengah kabupaten semarang dan dikelilingi Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Pegunungan Gajah Mungkur dan Gunung Ungaran, sehingga para wisatawan domestik diharapkan akan singgah di Salatiga.

    OLAH RAGA
    Kota Salatiga dikenal juga sebagai Kota Olah Raga, hal ini dibuktikan dengan seringnya atlet-atlet Salatiga mendominasi kejuaraan baik tingkat nasional maupun internasional
  • Sumber : http://www.pemkot-salatiga.go.id/TentangSelayangPandang.php
  • Selasa, 08 Mei 2012

    JANTO & MBAH KUNG edisi "SANTET"


    MUKMIN IBARAT LEBAH

    Rasulullah saw. bersabda,
    “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih, dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya) .”
    (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)

    Refreshing... Komik AMIN & ABI edisi "KIRAB PUSAKA"


    PENGAJIAN AHAD PAGI MTA PUSAT SURAKARTA

    Gedung Pengajian MTA Pusat, Jl Ronggowarsito 111A Surakarta

    Suasana di dalam gedung pengajian lantai 2 tempat Al ustadz memberikan tausiahnhya
     
    Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, Ketua Umum Yayasan Majlis Tafsir Al Quran
    Salah satu kegiatan rutin di MTA adalah pengajian ahad pagi yang dilaksanakan setiap hari Ahad jam 08.00 WIB di gedung MTA Pusat Jl Ronggowarsito 111A Surakarta. Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 6000 peserta dari seluruh nusantara ini telah dilaksanakan sejak tahun 1970 an yang pada awalnya diasuh oleh Ustadz Abdullah Thufail Saputro, pendiri MTA. Saat ini pengajian Ahad Pagi diasuh oleh Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina. Kajian ini juga diikuti oleh pendengar di seluruh dunia melalui streaming www.mtafm.com, dan siaran radio satelit palapa MTAFM. Secara lokal, kajian disiarkan langsung oleh Radio PERSADA FM, 102.2 MHz.

    Sekum MUI Jateng Hadiri Jihad Pagi MTA

    Ust. Ahmad Sukina (kiri) bersama Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA (kanan)
    Surakarta (29/04/2012)
    Kalau pengurus MUI Pusat Jakarta hadir di Jihad Pagi MTA mungkin sudah sangat terbiasa, namun kalau Pengurus MUI Jateng berkenan hadir di Jihad Pagi MTA itu namanya sangat istimewa. Beliau adalah Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA yang menjabat sebagai Sekretaris Umum MUI Jateng yang juga merupakan guru besar di IAIN Wali Songo Semarang, berkenan hadir sekaligus memberikan tausyiah di pengajian ahad pagi di gedung MTA Jl. Ronggowarsito 111 A Surakarta.

    Sebagaimana pada jihad pagi sebelumnya diawali dengan tanya jawab peserta pengajian kepada Al-ustadz Drs. Ahmad Sukina yang pada kesempatan ahad ini membahas tentang Berpegang Teguh pada Al-qur’an dan Sunnah di saat rusaknya umat saat ini. Maka sangatlah penting adanya amar ma’ruf nahi mungkar di tengah-tengah rusak umat, karena itu mereka yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pada saat itu akan medapatkan pahala lima puluh orang sahabat nabi.
    Selanjutnya Prof Rofiq dalam memberikan tausyiahnya juga mengangkat tema tentang pentingnya amar ma’ruf nahi mungkar, karena sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Al-qur’an surat Ali-Imron 104 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Termasuk dalam kaitanya amar ma’ruf nahi mungkar adalah peran MUI untuk menegur KPI yang tidak mengawasi tayangan-tayangan TV atau radio yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma yang berlaku.

    Sumber: http://mtafm.com/v1/?p=4027

    Bakti Sosial Donor Darah

    Petugas dari PMI sedang mengambil darah dari para pendonor

    Bapak Muh Haris (Wawalikota Salatiga) saat menyaksikan kegiatan donor darah di MTA Salatiga

    Wawalikota Salatiga selaku Ketua PMI Salatiga berkenan hadir pada kegiatan perdana donor darah MTA Salatiga
    Sebagai wujud dari hasil kaji, MTA Salatiga melaksanakan kegiatan Bakti Sosial Donor Darah secara rutin 3 bulan sekali bekerjasama dengan PMI Kota Salatiga. Hingga saat ini telah terlaksana 2 kali donor. Kegiatan donor darah yang pertama telah dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2012 yang pada saat itu Bapak Muh Haris (Wakil Walikota Salatiga) selaku ketua PMI Kota Salatiga berkenan untuk menghadirinya. Selain diikuti warga pengajian MTA Salatiga, donor darah ini juga diikuti oleh warga beberapa warga sekitar dan aparat kepolisian.Adapun donor darah untuk yang kedua kalinya telah dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Mei 2012.

    Kegiatan Kajian Majlis Tafsir Al quran (MTA) Salatiga



    Kegiatan pengajian Majlis Tafsir Al quran (MTA) di Kota Salatiga sudah mulai dirintis sejak tahun 2009. Hingga saat ini telah diikuti oleh lebih kurang 150 orang peserta aktif. Kajian dilaksanakan setiap hari Sabtu, Jam 15.00 WIB bertempat di Toko Zam-zam Jl Pattimura no 43 Salatiga. Kajian seminggu sekali ini diperuntukkan untuk umum. Siapa saja diperbolehkan mengikuti kajian ini. Kegiatan kajian dibina oleh para Ustadz dari MTA Perwakilan Kabupaten Semarang.